Antaralain ada sebuah "ajaran" yang keliru sebagian orang, sehingga kemudian menjadi "tradisi" mereka ketika makan. Yaitu "jangan menghabiskan semua makanan di atas piring, sebagian harus disisakan". Hal itu mereka lakukan supaya ada kesan bahwa mereka bukan orang yang sedang kelaparan atau orang yang benar-benar sangat membutuhkan makanan.

› Riset›Jangan Membuang Makanan! Kehilangan dan pemborosan makanan tidak hanya berdampak pada ketahanan dan keamanan pangan. Namun, hal itu juga bisa memberi kontribusi pada krisis lingkungan, khususnya pada perubahan iklim. Kompas/Priyombodo Pemberitahuan kepada warga yang hendak menikmati makanan dan minuman gratis dari relawan Sahabat Sedekah di kawasan Perumahan DKI Joglo, Jakarta Barat, Jumat 28/8/2020.Masih ingat dengan peringatan orang tua untuk selalu menghabiskan makanan yang kita santap di piring? Berbagai peringatan muncul dari orang tua. Seperti ”Ayo makanan dihabiskan, nanti ayamnya mati” atau ”Jangan membuang sebutir nasi, nanti nasinya nangis”. Saat itu, kita menuruti wejangan tersebut tanpa tahu artinya hingga membawa kebiasaan tersebut sampai orang tua tersebut benar. Intinya, jangan pernah membuang makanan yang telah disediakan oleh orang tua dengan susah payah. Mitos ayam peliharaan akan mati karena zaman dulu ayam masih mahal harganya dan anak-anak umumnya memiliki ayam peliharaan. Juga dengan nasi yang menangis terkait dengan membuang berkat yang sudah didapat. Namun, tanpa disadari masih ada kebiasaan buruk kita membuang makanan. Bisa sisa makanan di atas piring ataupun di alat masak. Bisa juga makanan yang membusuk di lemari pendingin sehingga tidak bisa ”Memperkuat Ketahanan Pangan melalui Pengurangan Pemborosan Pangan Ketut&Ahmad, 2012” juga menyebutkan perkiraan berapa ton beras yang terbuang jika setiap penduduk Indonesia menyisakan nasi satu butir di atas piringnya. Dalam 1 kilogram beras ada 50 butir nasi. Jika setiap kali makan satu butir nasi tersisa, berarti dalam sehari ada tiga butir yang akan terbuang. Diperkirakan dengan 250 juta penduduk, akan ada 15 ton per hari atau ton per tahun beras yang akan baru perkiraan di Indonesia. Bagaimana dengan negara lain? Organisasi Pangan dan Pertanian FAO menyebutkan, sepertiga makanan yang diproduksi atau sepertiga miliar ton makanan akan terbuang begitu saja. FAO juga mencatat, masyarakat di Eropa dan Amerika Utara menyia-nyiakan 95-115 kilogram makanan setiap tahun. Limbah makanan dari Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara berkisar 6-11 kilogram per dari laman The Guardian, hasil kajian Waste and Resources Action Programme WRAP, lembaga pengolah limbah di Inggris, 3,6 miliar ton makanan dibuang atau dimakan ternak setiap tahun dan lebih dari 10 kali sampah makanan dibuang oleh pedagang. Jika dihitung dengan uang, lebih dari 1 triliun poundsterling nilai makanan menjadi sampah sebelum mencapai juga Baznas Ajak Hotel dan Restoran Kurangi Sampah MakananSampah makananApa yang digolongkan sebagai sampah makanan food waste? FAO 2013 mendefinisikannya sebagai produk pangan yang masih layak untuk dikonsumsi ataupun yang telah rusak atau kedaluwarsa, tetapi dikeluarkan dari rantai pasok karena perilaku ekonomi dan manajemen stok yang buruk atau kelalaian. Sampah makanan terdiri dari food waste pemborosan pangan dan food loss kehilangan pangan yang keduanya memiliki arti dan kehilangan pangan ini menjadi salah satu indikator dari Indeks Keberlanjutan Pangan Food Sustainability Index yang diterbitkan oleh The Economist Intelligence Unit EIU bekerja sama dengan Barella Center for Food & Nutrition. Indeks ini diterbitkan mulai 2016 dan perhitungan sudah dilakukan hingga Indonesia untuk indikator ini terbesar dibandingkan dua indikator lain, yakni 61,4. Nilai tersebut masuk kategori buruk dan menduduki peringkat ke-53 dari 69 demikian, skor tersebut sudah menunjukkan perbaikan dari skor tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2016, nilainya 32,53 dan tahun 2017 sebesar 42, tiga tahun berturut-turut, posisinya bergantian dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Catatan Barilla 2017, setiap tahun masyarakat Indonesia membuang sampah makanan 300 kilogram. Adapun Saudi Arabia lebih banyak lagi, yakni 427 RADITYA MAHENDRA YASA Warga menjemur sisa nasi untuk diolah lagi menjadi makanan di Kampung Nelayan Tambaklorok, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa 28/4/2020. Berbagai cara dilakukan warga untuk dapat bertahan di tengah perekonomian yang sulit seperti saat juga Rapor Merah Keberlanjutan PanganKehilangan panganFood loss atau kehilangan pangan mengacu pada produk pangan yang terbuang sebelum sampai kepada pelanggan, seperti gagal panen dan ikan di laut yang teracuni. Nilai indeks 2018 sebesar 57,4, lebih rendah dibandingkan pemborosan indeks terendah disumbang oleh subindikator persoalan distribusi pangan terkait infrastruktur 25 persen. Bisa jadi nilai ini akan meningkat di masa pandemi terkait dengan terganggunya distribusi hasil pertanian karena ada pembatasan wilayah di beberapa sisi lain, permintaan konsumen di pasar yang berkurang juga mengakibatkan penumpukan produksi pertanian di beberapa sentra pertanian. Penurunan ini terkait dengan daya beli yang rendah karena pendapatan penduduk berkurang. Selain itu, sektor hotel, restoran, dan katering juga tutup. Penumpukan ini berpengaruh pada merosotnya harga pertanian di tingkat itu, menurut penelitian ”Memperkuat Ketahanan Pangan melalui Pengurangan Pemborosan Pangan”, kehilangan pangan di Indonesia umumnya terjadi sepanjang proses produksi dan rantai pangan, sejak dari tahap kegiatan produksi bahan mentah pangan usaha tani, pascapanen, hingga pengolahan. Nilai indeks subindikator proses produksi tersebut mencapai 97,3 pangan yang relatif besar umumnya terjadi pada bahan pangan dalam bentuk masih segar, seperti sayur. Adapun pada awal terjadi perubahan bentuk, seperti padi menjadi beras, jagung tongkol menjadi jagung pipilan, dan sayuran dalam bentuk tersebut juga menyebutkan, kehilangan pangan terbesar di dunia dari umbi-umbian, yakni 40 persen. Saat panen umbi, petani sulit mengenali tingkat kematangan umbi karena ada di bawah tanah. Jadi, umbi yang sebenarnya belum matang berpotensi ikut pangan kedua berasal dari buah dan sayuran yang mencapai 37,6 persen. Buah dan sayur lebih cepat membusuk. Jika membusuk, buah dan sayur tersebut di pasar tidak laku dan terbuang begitu EL HADAD Seorang warga di wilayah Sahel, Afrika. Lebih dari 5 juta warga di wilayah itu saat ini terancam kelaparan berat di tengah mulai merebaknya pandemi Covid-19 dan ancaman kekerasan panganBerbeda dengan kehilangan pangan yang terjadi di tingkat produsen, food waste atau pemborosan pangan terjadi pada konsumen. Semua produk makanan yang siap diolah atau disajikan untuk dikonsumsi, jika tidak habis, akan menjadi subindikator pemborosan pangan atau disebut end-user waste tercatat 69,6. Nilai terendah dari subindikator tersebut adalah aspek kebijakan untuk mengatasi food waste 44,4 persen, pengurangan food waste 50 persen, serta institusi yang mengurusi food waste mencapai 50 indeks Barilla tersebut benar. Sampai saat ini, upaya pemerintah masih sangat minim dalam mengatasi masalah pemborosan pangan. Hal ini karena tidak ada regulasi yang mengatur food waste. Regulasi terkait pangan berupa Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 mengenai Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi baru akan direvisi tahun ini. Menurut rencana, perpres tersebut akan mengatur mengenai kehilangan dan pemborosan dan Ahmad 2011 dalam penelitiannya menyebutkan, potensi pemborosan pangan sudah dimulai saat bahan pangan diperjualbelikan di tingkat pasar pengecer hingga tiba di rumah konsumen. Demikian juga dengan pangan yang terlalu lama disimpan di pasar karena tidak ada yang membeli atau pangan yang tersimpan lama di lemari pendingin konsumen. Sisa makanan di atas piring yang tidak dimakan pun bisa menjadi pemborosan pangan ini lebih pada gaya hidup dan ketidaktahuan bagaimana menyimpan makanan. Gengsi untuk menghabiskan makanan di depan orang banyak karena khawatir jika disebut banyak makan bisa menjadi ARIYANTO NUGROHO Wida 26, warga Kampung Adat Cireundeu, Leuwigajah, Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat, menyuapi anaknya, Tian 3, saat makan siang dengan menu nasi singkong serta lauk-pauknya, Jumat 23/9. Nasi singkong yang terbuat dari singkong yang digiling menjadi tepung ini menjadi makanan pokok warga kampung adat tersebut dan masih terjaga hingga Banyak tidak menyadari dampak buruk dari adanya limbah makanan yang diperoleh dari kehilangan ataupun pemborosan pangan. Anggapan yang muncul, sampah makanan adalah sampah organik sehingga akan lebih cepat terurai di alam dan tidak memberikan dampak ternyata sampah makanan ini juga meningkatkan gas rumah kaca yang memperburuk perubahan iklim. Sampah yang membusuk di TPA, menurut riset Barilla, akan menghasilkan gas metan, yakni gas rumah kaca yang 21 kali lebih berbahaya ketimbang karbon dioksida. Riset yang sama juga menyebutkan, mengurangi sampah makanan di Amerika 20 persen akan mengurangi 18 juta ton gas rumah kaca setiap pangan ini tanpa disadari bisa menyebabkan kerugian negara. Merujuk dari laman WRI Indonesia, FAO secara global memperkirakan, makanan bernilai sekitar 940 milliar dollar AS hilang atau terbuang setiap tahun di seluruh rantai pasokan itu, FAO juga melaporkan kerugian dari food loss and waste di sejumlah negara. Makanan bernilai sekitar 32 milliar dollar AS, misalnya, dibuang di China. Di Afrika Selatan, kerugian pascapanen bernilai 4 miliar dollar AS per tahun. Adapun limbah makanan di rumah tangga dan restoran di Amerika bernilai dollar AS per tahun dan sekitar dollar AS per tahun untuk rata-rata rumah tangga di lain yang cukup menonjol, hal ini berpengaruh pada ketahanan pangan. Penelitian Ketut dan Ahmad juga menunjukkan, pengurangan pemborosan pangan 25 persen akan bermanfaat meningkatkan 4,1 kilogram per kapita ketersediaan pangan beras di Indonesia dan 2,5 kilogram per kapita beras penduduk dunia. Indonesia sebenarnya berpotensi meningkatkan ketersediaan pangan hingga ton. Jika pemborosan pangan ini bisa ditekan sampai 50 persen, tambahan ketersediaan pangan dari beras di Indonesia bisa mencakup untuk sekitar 10 juta Patria Gupta Perumahan berdiri di areal yang sebelumnya berupa persawahan di Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat 17/1/2020. Keberadaan sawah yang menjamin keberlangsungan persediaan pangan terus terancam sejalan dengan meningkatnya permintaan lahan untuk hunian. Jawa Timur merupakan lumbung padi sisi lain, saat semakin banyak orang yang membuang makanan, masih banyak orang lain yang kelaparan. Nilai Indeks Kelaparan Dunia 2019 mencapai 20, masuk kategori ”serius”. Meski dalam lima kali penghitungan angka ini menunjukkan penurunan dan perbaikan data, masih ada beberapa negara di dunia yang nilai indeksnya lebih dari 35, bahkan 50, dengan kategori ”peringatan” dan ”peringatan ekstrem”. Beberapa di antaranya adalah Republik Afrika Tengah, Yaman, Chad, Madagaskar, Zambia, Liberia, Haiti, Timor Leste, dan masa pandemi ini, kehilangan pangan dari produksi pertanian harus segera teratasi. Dampaknya tak hanya merugikan petani yang berujung pada penurunan kesejahteraan petani. Namun, kondisi ini juga mengancam ketersediaan pangan karena bisa jadi petani akan mengurangi kualitas produksinya pada masa tanam sisi lain, kebiasaan membuang makanan yang siap disantap juga harus dikurangi. Kita tidak tahu sampai berapa lama usia pandemi ini. Pangan yang tersedia harus bisa dimanfaatkan dengan bijaksana. LITBANG KOMPAS

Mengambilmakanan menggunakan sendok yang berbeda. Jangan menggunakan sendok yang kamu pakai untuk makan untuk mengambil makanan dari piring-piring di tengah meja. Kalau kamu sampai keliru, orang Vietnam menganggap hal itu sebagai perbuatan tidak menyenangkan. Baca: Liburan ke Jepang, Ini 5 Hal yang Wajib Dilakukan di Tokyo. Memakai sumpit – “Makanan adalah anugerah. Maka dari itu, harus diperlakukan dengan baik”. Begitulah kata seorang novelis asal Amerika Serikat AS Chris Bohjalian yang meminta setiap orang untuk menghormati makanan. Hal itu mengingat, makanan merupakan salah satu sumber kehidupan setiap makhluk hidup di dunia, termasuk manusia. Di sisi lain, bila makanan disia-siakan atau disisakan, hal ini bisa menjadi separuh penduduk dunia memiliki kebiasaan menyisakan makanan dalam sebuah piring, hal tersebut dinilai dapat menimbulkan dampak kerugian yang begitu besar. Bahkan, masalah yang ditimbulkan bisa membahayakan ekosistem secara global apabila sebagian penduduk dunia punya kebiasaan tersebut. Lalu, apa saja kerugian itu? Simak ulasannya berikut. 1. Peningkatan sampah organik Selama ini, isu masalah sampah hanya fokus pada pengelolaan sampah anorganik seperti sampah plastik. Padahal, sampah organik juga memiliki dampak negatif terhadap keberlanjutan lingkungan. Peningkatan volume sampah organik dalam beberapa tahun belakangan yang berasal dari sisa makanan, sayuran, dan buah menjadi masalah serius yang harus segera ditangani. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas bersama Foreign Commonwealth Office Inggris mencatat, selama 20 tahun terakhir, Indonesia menyumbang sekitar 23-48 juta ton sampah makanan per tahun. Jumlah ini setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun. Sementara itu, berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional SIPSN 2021, jumlah sampah secara nasional mencapai 26,35 juta ton per tahun. Jumlah tersebut terdiri dari sampah organik sebesar 41,92 persen, anorganik 50,5 persen, dan lainnya sebesar 7,58 persen. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan LHK, jumlah sampah organik di Indonesia menyumbang 56 persen dari total sampah yang beredar pada 2021. Peningkatan jumlah sampah organik dapat menjadi akar dari masalah lain, seperti pencemaran lingkungan, penyebaran penyakit, dan pemanasan global akibat gas metana yang terlepas ke atmosfer. 2. Timbulkan masalah ketahanan pangan Berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia FAO pada 2020, sepertiga dari makanan yang dikonsumsi kerap disisakan. Akibatnya, makanan sisa dari penduduk dunia mencapai 1,3 miliar ton per tahun. Di sisi lain, stok bahan makanan di dunia tidak melimpah dan jumlah penduduk yang mengalami permasalahan gizi atau kekurangan makanan cukup banyak. Alhasil, kebiasaan menyisakan makanan bisa menimbulkan permasalahan ketahanan pangan secara serius. Akan banyak penduduk yang kekurangan makanan apabila masalah tersebut tidak segera diatasi. Sebaliknya, jika seperempat dari jumlah sisa makanan tersebut bisa diselamatkan, sekitar 821 juta orang yang kekurangan gizi di seluruh dunia dapat terbantu. 3. Boros energi Saat disisakan, semua sumber energi yang digunakan untuk memproduksi makanan secara tak langsung juga ikut terbuang. Dok. Shutterstock/Belish Ilustrasi pemborosan Merusak lingkungan Keberadaan limbah makanan juga berpengaruh besar terhadap kerusakan lingkungan. Alhasil, hal ini dapat mengganggu ekosistem di sekitarnya. Dilansir dari laman Senin 9/11/2020, akumulasi sampah dan gas metana yang berasal dari limbah makanan pada tempat pembuangan akhir TPA dapat memicu bencana ledakan sampah. Ledakan tersebut jelas bisa menyebabkan longsor dan merusak ekosistem di sekitarnya. Tak hanya itu, banyaknya tumpukan sampah makanan juga dapat menimbulkan air lindi. Untuk diketahui, air lindi berasal dari tumpukan sampah yang bercampur dengan air hujan. Air lindi sangat berbahaya dan beracun karena mengandung unsur logam berat, seperti timbal, besi, dan tembaga. Bila tidak diolah dengan baik, air lindi akan meresap ke tanah dan mencemari air minum. Selain itu, air lindi yang masuk ke aliran sungai juga dapat merusak ekosistem di sekitarnya. 5. Sebabkan pemanasan global Seperti telah disinggung, limbah makanan juga dapat memicu pemborosan energi. Lantaran energi yang digunakan berasal dari bahan bakar fosil, emisi karbon yang ditimbulkan akibat limbah makanan pun tinggi. Hal ini berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Dok. Shutterstock/Nexus 7 Ilustrasi pemanasan global. Tak hanya itu, sisa makanan yang menumpuk dan membusuk di pembuangan sampah juga akan menghasilkan gas metana. Gas metana sendiri merupakan salah satu gas rumah kaca yang turut berdampak pada pemanasan global. Dilansir dari laman gas metana dikatakan 25 kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida CO2 dalam hal memerangkap panas di atmosfer. Maka dari itu, keberadaan limbah makanan dinilai sebagai salah satu dari penyebab pemanasan global. Itulah beberapa masalah yang timbul akibat kebiasaan menyisakan makanan. Guna mengurangi masalah tersebut, setiap orang wajib membiasakan diri makan tanpa sisa. Adapun untuk membantu masyarakat agar mau menghabiskan setiap makanannya, Bank DBS tengah melakukan gerakan peduli lingkungan melalui kampanye “Towards Zero Food Waste” dan MakanTanpaSisa. Sebagai informasi, kampanye “Towards Zero Food Waste” dan MakanTanpaSisa bertujuan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap sampah makanan yang bisa menimbulkan masalah lingkungan hingga pemanasan global. Lewat gerakan tersebut, masyarakat Indonesia juga diarahkan agar mulai mengurangi sampah makanan melalui kebiasaan sehari-hari. Executive Director and Head of Group Strategic Marketing Communication Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, gerakan MakanTanpaSisa merupakan realisasi dari pilar keberlanjutan yang diusung Bank DBS Group, yakni Creating Impact Beyond Banking. Ia melanjutkan, membantu masyarakat dan menjadi bank dengan tujuan positif merupakan DNA dari Bank DBS Indonesia. Oleh karena itu, Bank DBS Indonesia terus berinovasi untuk menjadi bank yang mengedepankan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. “Semua itu dilakukan Bank DBS Indonesia atas kesadaran sebagai lembaga keuangan yang menjalankan bisnis berkelanjutan demi generasi masa depan dan lingkungan hidup,” terangnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, ia menambahkan, Bank DBS Indonesia juga secara aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang berdampak sosial lewat kerja sama dengan komunitas dan wirausaha melalui DBS Foundation. Mungkinbisa dikatakan jijik jika menjilatnya di tengah-tengah makan, kemudian di sini nampak bekas air liurnya. Namun kalau menjilatnya setelah selesai makan atau melihat ada sisa pada piring, maka seperti itu adalah bagian dari yang ia makan. Boleh makan dengan seluruh jari, misal ketika makan nasi dan semacamnya.
Sebelum virus Covid-19 menyerang, saya dan teman-teman kerap mengadakan kegiatan kumpul bersama. Entah itu main ke kafe, camping, atau sekadar ngumpul di kos salah satu teman. Kegiatan ngumpul ini tentu tidak dapat dipisahkan dari aktivitas olah mulut alias mbadog. Seperti ada yang kurang rasanya jika kumpul dan bergosip ria dengan teman, tapi tidak ada sedang ngumpul, saya dan teman-teman cenderung mengutamakan kegiatan mbadog ini. Makanan yang dibadog pun menyesuaikan dengan lokasi dan kondisi keuangan kami. Contohnya, ketika saya dan teman-teman sedang berkumpul di kos daerah Sapen, Yogyakarta. Makanan yang kemungkinan kami pesan adalah camilan legend di daerah itu, apalagi kalau bukan Tahu Walik lagi kalau sedang ngumpul di daerah Krapyak, Yogyakarta. Tempat di mana saya dipesantrenkan sejak MTs hingga kuliah. Di sini saya malah bingung memilih makanan saking banyaknya jajanan yang tersebar di Krapyak. Apa saja ada pokoknya. Tinggal dananya saja yang ada atau tidak~Nah, di antara momen-momen tersebut, sering kali saya dan teman-teman ini hanya lapar mata. Beli makanan kadung banyak, tapi ujung-ujungnya diakhiri dengan kekenyangan. Namun, ada satu peristiwa yang unik di sini. Apabila kami semua sudah kenyang, kok ya ngepasi makanan yang tersisa di piring tinggal sebiji. Mbuh gimana asal-usul dan kronologinya. Akhirnya kami saling menyalahkan dan tunjuk-tunjukkan tentang siapa yang harus menghabiskan makanan makanan yang hanya tersisa satu itu tidak hanya muncul sekali dua kali dalam hidup saya. Sudah berkali-kali saya dan teman-teman mengalami kejadian serupa. Hingga ketika ada makanan tersisa di piring, pasti ada saja yang nyeletuk, “To, lak mesthi tho.”Oleh karena itu, saya ingin menerka-nerka apa alasan sebenarnya di balik kejadian yang unik itu. Apakah ada unsur mistis di dalamnya? Mari kita usut hal-hal yang kemungkinan menjadi alasan menyisakan makanan yang tinggal satu di piring.1 MaluIni adalah salah satu alasan paling klasik yang sering diungkapkan oleh orang. Menjadi orang yang terakhir mengambil makanan akan menyisakan beban tersendiri bagi orang tersebut. Saya sendiri pernah mengalaminya. Saat itu saya sudah kenyang dan terpaksa menghabiskan makanan yang tersisa karena sayang. Salah satu dari teman saya ada yang nyeletuk, “Iseh ngelih yo we?” Yang begini sungguh demi menghindari celetukan yang nyebelin itu, lebih baik saya diam dan membiarkan oknum lain memakan makanan yang tinggal satu tersebut. Bukannya gimana, tapi saya tidak mau dikira masih lapar dan terlihat memelas~2 Mendadak kenyangSaya tidak tahu apakah ada kajian ilmiah di balik fenomena ini, tapi yang jelas saya betul-betul merasakannya. Saya tidak berbohong ketika bilang perut saya sudah kenyang dan ndilalah ngepasi makanan yang tersisa di piring tinggal satu. Kalau dibilang malu sepertinya juga tidak, lantaran saya sering berkumpul dengan orang-orang yang sama pekoknya dengan ada konspirasi tertentu dari elit-elit global yang menyamar jadi cacing-cacing di perut? Saya tidak tahu. Kebetulan juga tidak mau tahu. Entah gimana, yang jelas saya berharap ada kajian mendalam di balik alasan ini.3 Jaga imageJaim atau jaga image mungkin alasan yang dimiliki oleh kaum-kaum introvert. Meski begitu, jika alasan ini terbukti benar, pastinya akan menyiksa cacing-cacing yang kelaparan. Lha gimana? Ngapain juga kalau aslinya lapar, tapi pura-pura tidak lapar. Berjuang tidak sebercanda itu, Sayang~4 Nggak mau ngasahiIni sepertinya alasan yang paling masuk akal dari alasan-alasan yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Menjadi orang terakhir yang mengambil sisa makanan penghabisan selalu diiringi tanggung jawab untuk membersihkan piring. Meski tidak ada aturan tertulis mengenai hal ini, rasanya pekewuh kalau tidak sekalian membersihkan peralatan makan. Oleh karena itu, orang-orang lebih sering memilih untuk tidak mengambil makanan yang tinggal satu itu karena malas ngasahi. Lha piye? Males je, Brou~BACA JUGA 4 Elemen Penting dalam Memilih Snack untuk Sajian Hajatan. Butuh Trik Khusus dan tulisan Yafi’ Alfita Mojok merupakan platform User Generated Content UGC untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di diperbarui pada 23 Desember 2020 oleh Intan Ekapratiwi
\n jangan menyisakan makanan dalam piring karena itu perbuatan
Yaagan berhak atas makanan yang anda makan karena anda membayarnya. Namun di sisi lain apabila makanan yang kita pesan tidak habis secara tidak langsung anda akan membuang salah satu sumber pangan yang ada di negri kita sendiri. Kesimpulan Quote: Alangkah lebih baiknya kita bisa menghargai makanan yang kita beli.
Kita mengerti bahwa makanan sangat penting bagi keberlangsungan hidup kita. Namun, banyak yang tidak sadar bahwa ketika kita makan atau jajan dan kita menyisakan makanan tersebut, dampak buruk akan terjadi. Dampak dari makanan yang tidak kita habiskan itu destruktif banget, lho!Jika satu orang tidak sadar bahwa menyisakan makanan itu berdampak buruk, bagaimana dampaknya jika ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan orang dalam sebuah kota yang memiliki kebiasaan menyisakan makananannya?Menurut Economist Intelligence Unit, seperti yang diwartakan oleh Jakarta Globe pada tahun 2017 lalu, Indonesia adalah penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia. Posisi Indonesia itu berada di bawah Arab Saudi. Dalam satu tahun, diperkirakan orang Indonesia membuang makanan sebanyak 300 kilogram!Inilah lima hal merugikan dari dampak kebiasaan kita membuang-buang atau menyia-nyiakan Saat kita menyia-nyiakan makanan, kita menyia-nyiakan air GrabowskaSemua makanan yang kita makan berasal dari tanaman dan hewan. Para petani dan peternak merawat tanaman dan hewan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi semua umat manusia di bumi dengan perawatan yang peternak merawat hewan ternak mereka untuk menyediakan nutrisi protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Perawatan tanaman dan hewan ternak menggunakan air supaya tetap mendapatkan hasil maksimal. Bahan makanan yang bakal kita makan menjadi bagus dan tetap bergizi. Jadi, ketika kita menyisakan makanan seperti sayur, biji-bijian, atau daging, secara tidak langsung kita telah menyia-nyiakan di sisi lain, masih banyak orang di beberapa wilayah di Nusantara ini yang kadang kekurangan air. Mereka rela menempuh perjalanan beberapa kilometer hanya untuk mendapatkan air diketahui bahwa 70 persen air tawar yang digunakan di bumi ini digunakan untuk merawat tanaman dan hewan ternak. Kita rugi banget jika menyisakan makanan Makanan yang kita sisakan menimbulkan gas metana yang lebih berbahaya dibandikan dengan karbon dioksida FiskJika kita menyisakan makanan, secara otomatis akan menimbulkan limbah dan sampah makanan. Perlu disadari bahwa sampah makanan tersebut akan dibawa ke tempat pembuangan akhir dan di sana akan sampah makanan yang terurai itu akan melepaskan gas metana. Gas metana dari sisa makanan itu, menurut Food Sustainability, akan memiliki daya yang jauh lebih merusak daripada karbon dioksida. Hal itu disebabkan metana 21 kali lebih 11 persen dari semua emisi gas rumah kaca yang berasal dari sistem pangan dapat dikurangi jika kita berhenti membuang-buang makanan. Di Amerika Serikat, makanan yang hilang food loss atau terbuang food waste menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 37 juta kita terus-menerus menyisakan makanan kita, kita akan semakin berperan penting dalam krisis iklim dan pemanasan global saat ini yang telah mengkhawatirkan bumi kita. Baca Juga Daripada Mubazir, 5 Cara Mengurangi Sampah Makanan 3. Menghasilkan sampah makanan berarti membuang bahan bakar Veithen Semua sistem pertanian, baik dari negara maju maupun negara berpenghasilan rendah, menggunakan bahan bakar fosil untuk menopang produksinya. Bedanya, jika negara maju menggunakan peralatan modern, negara berpenghasilan rendah menggunakan peralatan yang lebih begitu, peralatan seperti traktor, kendaraan petani, dan kendaraan untuk mengangkut hasil panen tanaman dan daging untuk diantarkan ke produsen makanan jelas membutuhkan bahan bakar fosil kita menyia-nyiakan makanan, itu artinya kita secara percuma telah membuang-buang bahan bakar. Padahal, selama ini sebagian bahan bakar tersebut adalah bahan bakar yang tak dapat itu, bahan bakar seperti solar, bensin, dan oli untuk mesin juga berdampak pada polusi udara yang memiliki pengaruh terhadap kerusakan bumi. Polusi kemudian berkolaborasi dengan gas metana dari sampah makanan yang kita hasilkan dan menjadi racun mematikan bagi Gaya hidup mubazir makanan berarti merusak keanekaragaman hayati RieDampak lain dari kebiasaan menyisakan makanan dan menghasilkan sampah makanan adalah kita akan ikut berperan penting dalam merusak keanekaragaman hayati. Mengapa itu bisa terjadi?Setiap lahan pertanian, perkebunan atau peternakan yang dibuka, butuh tanah yang luas. Alasannya, produsen bahan makanan ingin terus meningkatkan hasil produksinya. Ketika lahan pertanian, perkebunan, atau peternakan semakin luas dibutuhkan, hutan akan terus contoh, perusahaan peternakan membutuhkan lahan rumput yang luas dan mereka akan membuka lahan baru yang sebelumnya adalah hutan. Meski banyak makanan pengganti, rumput masih diyakini akan menjadikan daging ternak lebih berkualitas yang tadinya adalah hutan kaya tanaman akan menjadi lahan dengan tanaman tunggal rumput sebagai bahan utama pakan ternak. Jika kita terus bergaya hidup memubazirkan makanan, kita juga ikut berperan dalam menghancurkan hutan dan merusak keanekaragaman hayati yang ada di Saat kita menghasilkan limbah makanan, banyak orang yang masih kelaparan ChanDampak merugikan yang paling fatal adalah kerugian dari sisi kemanusiaan. Kebiasaan menyisakan makanan dan menghasilkan limbah makanan akan sangat merugikan karena masih banyak orang di dunia ini yang hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB, satu dari sembilan orang di dunia ini tidak memiliki akses terhadap makanan untuk menjalani hidup sehat. Gizi buruk masih melanda di banyak negara, termasuk di Move for Hunger, saat ini lebih banyak kematian yang dilaporkan karena kelaparan daripada korban meninggal gabungan akibat penyakit AIDS, malaria, dan yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap limbah makanan dan kebiasaan menyisakan makanan itu bukan hanya pemerintah suatu negara, melainkan tanggung jawab individu. Oleh karena itu, kita harus mengubah budaya memubazirkan satu upaya meminimalisasi dampak buruk dari kebiasaan menyia-nyiakan makanan adalah ambil makanan secukupnya dan habiskan. Yang paling penting kita harus menghabiskan makanan yang kita ambil atau kita begitu, kita ikut bertanggung jawab untuk memperlambat dampak destruktif dari kebiasaan menyisakan makanan. Kita harus memulai dari diri kita sendiri, lalu kita kampanyekan dengan cara persuasif kepada orang-orang di sekitar selalu habiskan makanan kita dan jangan disia-siakan! Baca Juga PBB Butuh 5,5 Miliar Dolar AS untuk Cegah 34 Juta Orang Kelaparan IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Pasalnya masrakat Indonesia masih sering menyisakan makanan bekasnya di piring. Entah itu karena kekenyangan atau tidak berminat lagi memakannya. Namun alhasil makanan itu terbuang sia-sia.
Jangan Menghinakan Makanan, Anjuran Memuliakan Makanan, Jangan Membuang Sisa Makanan. Apabila kita makan lalu yang masih tersisa di tangan atau di piring kita langsung buang sama artinya itu meremehkannya. Sedangkan makanan, sedikit atau banyak semuanya dari Allah. Itu juga berarti tidak bersyukur pada nikmat Allah. Ada dua ucapan ulama yang bagus kita renungkan berkaitan dengan hadits di atas. Semoga bermanfaat. ▪️ Berkata Asy-Syaikh Abdullah al-Bassam, نعمة الله تعالى في الطعام والشراب لها حرمتها وكرامتها، ومن ذلك أنَّ الآكل إذا لم يلعق ما بأصبعه، أو يده من بقايا الطعام، فإنَّه لا ينبغي أنْ يغسل يده، فيجري الطعام مع المياه الوسخة، والأقذار، والأبوال، فإنَّ هذا من كفران النعمة وإهانتها؛ ولكن عليه أنْ يلعق يده وأصابعه حتَّى لا يبقى فيها أثر من الطعام الرَّاسخ، أو يُلْعِقها من له عليه دالَّة وميانة؛ كالولد، والزوجة، والخادم، ونحوهم. "Nikmat Allah berupa makanan dan minuman memiliki kehormatan dan kemuliaan. Di antara bentuk memuliakan nikmat makanan ialah; Jika orang yang makan belum menjilat sisa-sisa makanan yang ada di jarinya atau di tangannya maka tidak sepantasnya dia mencuci tangannya yang lantas membuat makanan mengalir bersama dengan air yang kotor, sampah, atau air kencing. Perbuatan seperti ini termasuk mengingkari nikmat dan menghinakannya. Jadi hendaklah seseorang menjilat tangan atau jemarinya sampai tidak tersisa lagi bekas makanan atau dia berikan untuk dijilat oleh orang yang memiliki kedekatan dengan dia, seperti misalnya anak, istri, pelayan, atau semisal mereka." Taudhih al-Ahkam, VII/297 ▪️ Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah mengingatkan, "Jangan dia dibiarkan sisa makanan terbuang di tempat sampah atau di tempat cucian, oleh karenanya jangan seseorang mencuci tangannya ketika masih tersisa makanan yang menempel di situ yang dapat membuat terbuang begitu saja bersama air atau jangan juga dia lap dengan sapu tangan lalu membiarkan sisa makanan menempel di situ sebab perbuatan ini ialah penghinaan terhadap nikmat. Diantara adab makan ialah seseorang menjilat tangannya setelah makan sampai tidak tersisa sedikitpun makanan pada tangannya, kemudian setelah itu baru dia cuci. Jangan dia cuci ketika masih ada makanan yang menempel yang itu dapat membuat makanan mengalir bersama air cucian bahkan bisa mengalir ke saluran pembuangan air atau tempat sampah, padahal makanan adalah nikmat dari Allah. Demikian juga diantara adab makan; membersihkan sisa makanan di piring, sebab ada juga riwayat memerintahkan untuk mengambili sisa makanan di piring. Jangan dibiarkan masih ada makanan yang tersisa di piring agar makanan tidak rusak dan tidak dibuang ke tempat sampah, ini bentuk memuliakan nikmat. Bahkan, apabila ada makanan yang jatuh, Nabi Muhammad ﷺ memerintah untuk mengambilnya lalu membersihkan kotoran kotoran yang menempel kemudian dimakan, jangan dibiarkan untuk setan. Ini seluruhnya bentuk memuliakan nikmat, mensyukurinya, dan tidak menyia-nyiakannya... Lihatlah makanan makanan yang dibuat dalam rangka hebat-hebatan, berfoya-foya, dan menghambur harta kemudian dibuang, dilemparkan ke tempat tempat sampah! Dilemparkan ke tanah! Sesungguhnya ini bentuk ingkar pada nikmat. Padahal di sana banyak orang orang yang hidup susah kelaparan, perlu pada sesuap makanan untuk menyambung kehidupan. Perbuatan demikian merupakan bahaya bagi umat.. Maka tiap-tiap perkara memiliki timbangan dan aturan, nikmat-nikmat Allah bila disyukuri maka akan bertahan dan bertambah. Bila diingkari maka akan hilang. • Allah ta'ala berfirman, وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ "Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, tapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." QS. Ibrahim 7 Nikmat memiliki hak untuk dijaga, dimanfaatkan, dan tidak disia-siakan. Apabila sebatas menjilat sisa makanan di jari tidak boleh dibiarkan bagaimana lagi dengan jumlah porsi besar yang dibuang begitu saja di tempat sampah. Perbuatan seperti ini layak diberikan ancaman besar, yaitu nikmat akan hilang. • Allah ta'ala berfirman, ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ "Siksaan yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah yang ada pada diri mereka sendiri." QS. Al-Anfal 53 Sesungguhnya Allah memberikan tenggat waktu namun Allah tidak membiarkan orang jahat bebas. Seandainya orang yang boros mengingat tentang banyaknya orang orang susah yang kelaparan, meliuk-liuk karena lapar, tidak memiliki makanan untuk dimakan, seandainya dia ingat hal ini maka tentu akan menghentikannya dari sikap boros, mubazir, menyia-nyiakan nikmat, dan dia akan merasa takut dari dampak buruk perbuatannya." Tashil al-Ilmam, VI/164-165 ✍️ - Jalur Masjid Agung Kota Raja - Hari Ahadi [Penggalan pembahasan hadits ke 6 dari Kitab al-Jami' dari Bulughul Maram] 📡 🖥 Membuangsisa makanan termasuk perbuatan menyia-nyiakan harta, sehingga Allah membencinya. Membuang sisa makanan berarti menjadi teman setan pula. Sebagaimana Allah berfirman: وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ " Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. - Sebuah lukisan piring mengajarkan kita tak menyisakan makanan. Apakah kamu kerap menyisakan makanan? Karena kelewat kenyang, nafsu makan hilang, atau aktivitas lain. Bagi yang sering tidak melahap habis apa yang ada di piring, baiknya simak pesan dari lukisan piring yang satu ini. Beberapa waktu lalu, sempat heboh dan viral di media sosial tentang piring yang menyindir siapapun yang tidak menghabiskan makanan yang ada di atas piring. Baca Juga Lihat Struk Makanan Senilai Rp 106 Juta, Netizen Gagal Fokus ke Menu Ini Piring ini ramai diperbincangkan setetlah diunggah oleh netizen bernama Ummah Yusrotul melalui akun pribadinya UmmahYusrotul. Dalam postingan tersebut nampak dua foto piring dengan warna yang berbeda. Jika dilihat lebih dekat, kedua piring itu punya gambar yang sama yakni segerombolan orang yang tengah mengais sesuatu. Gambar yang terletak pada bagian tepi piring akan memberikan kesan seolah mereka mengais sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pemakai piring itu. Baca Juga 14 Benda Aneh Ini Ditemukan dalam Makanan, Masih Mau Makan? "Lukisan di piring inu sindir keras kamu yang suka menyisakan makanan," tulis Ummah dalam postingan yang viral di media sosial. Piring ini sindir yang suka menyisakan makanan. piring ini seolah mengingatkan kita untuk tidak membuang-buang makanan karena masih banyak orang di luar sana yang tidak seberuntung kita. Sekaligus, mengajarkan untuk bersyukur karena kita masih diberi kemudahan untuk meredakan rasa lapar. Baca Juga Kreatif Tanpa Batas, Netizen Jadikan Wadah Ini Buat Bekal Makanan Selepas dibagikan, postingan piring bertuah ini pun langsung mendapatkan respon beragam dari netizen. Bebebapa netizen kompak merasa tersindir dengan gambar di piring ini. "Piringnya bikin kita jadi tahu diri dan mensyukuri rejeki," tulis seorang netizen. "Merasa berdosa gue, harus punya ini piring biar inget," ujar netizen lain. Baca Juga Adu Mulut dengan Customer, Driver Ojol Malah Lempar Makanan "Buat kalian yang makan nya ngga bersih apalagi sisa banyak, wajib beli biar tahu diri, biar tahu bersyukur, biar ngga rakus alias serakah bin bahlul." "Tersindir," imbuh lainnya. Piring ini sindir yang suka menyisakan makanan. begitu, ada juga beberapa netizen yang salah fokus dengan makna gambar yang ada di piring. "Malah jadi pengen nyisain makanannya, biar gambarnya bisa makan," tulis netizen. "Jadi gak tega buat ngabisin, kalo makanannya habis lukisannya mau ngambil apa? Hampa," ujar netizen lain. "Maunya disisain banyak biar semua kebagian," imbuh netizen lainnya. Itulah lukisan piring yang viral di media sosial. Apakah kamu masih merasa tersindir juga dengan piring di atas? Jangan menyisakan makanan, ya! Fitri Asta Pramesti.
Harakatunacom. - Ironis, Indonesia yang merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia nyatanya memiliki sampah makanan terbesar di dunia
Oleh A. Hamid Husain (Alumni Pondok Modern Gontor, King Abdul Aziz University, dan Ummul Qura University) Salah satu perbuatan yang dimurkai Allah SWT, adalah seenaknya menyisahkan dan membuang buang makanan dan minuman. Kebiasan menyisahkan air minum di gelas dan botol, atau makanan tersisa di piring, segera hentikan, karena bisa jadi penyebab seretnya rezeki dan terbuangnya
Takjarang kita sering menyisakan makanan tanpa menyadari jika di luar sana masih banyak orang kelaparan. Dengan gerakan ini, WFP mencontohkan lukisan di sisi piring yang menggambarkan orang-orang kelaparan. Hal ini agar, setiap menyisakan makanan, kamu bisa melihat gambar orang berebut makanan yang tidak kamu habiskan itu.
.
  • 2wqmdbziu2.pages.dev/45
  • 2wqmdbziu2.pages.dev/213
  • 2wqmdbziu2.pages.dev/483
  • 2wqmdbziu2.pages.dev/66
  • 2wqmdbziu2.pages.dev/286
  • 2wqmdbziu2.pages.dev/467
  • 2wqmdbziu2.pages.dev/465
  • 2wqmdbziu2.pages.dev/179
  • jangan menyisakan makanan dalam piring karena itu perbuatan